Wednesday, June 06, 2012

Surviving in Singapore - Makan!

Terlepas dari tiga tahun yang saya cicipi di Singapore, ternyata memang susah untuk lepas dari zona aman baru ini. Ukurannya memang tak sebesar Jakarta. Namun dengan kadar kebersihan, keamanan, dan fasilitas publik yang lebih baik dari Jakarta, siapa yang sangka justru elemen yang sesederhana itu bisa dinikmati hingga taraf tertinggi. Meski demikian, harga yang harus dibayar bukan tak seberapa.

Seperti halnya Indonesia yang lebih mudah dikaitkan dengan Bali, demikian pula halnya dengan Singapore yang selalu dikaitkan dengan Orchard. Bagaimana tidak? Orchard sendiri merupakan salah satu dari spot utama untuk barang-barang "atas". Tempat lain? Cobalah kunjungi Sentosa atau Marina Bay Sands. Saya sendiri susah menikmati tempat "atas" (di Singapore, mungkin anda akan mendengar "atas-place"). Terlebih lagi, sebagian besar orang yang saya kenal selalu memilih area sekitar Orchard - Lucky Plaza - Somerset untuk tempat tinggal dengan harga 25-30S$ per orang per malam. Banyak informasi yang berseliweran di milis ataupun search engine. Dan hal ini berujung agak "buruk", terutama soal makanan (*uhuk*). Sorry to say, tapi harga makanan di tiga tempat itu memang agak "diketok", karena spotnya sendiri memang sudah mahal berkat nama yang disandang. Karenanya, tak perlu kaget ketika anda menemukan ayam penyet seharga 10S$ atau sekaleng Coca Cola seharga 3S$.

Mungkin lebih baik saya mulai dari air, hal yang cukup vital di Singapore karena cuacanya agak sulit ditebak. Air mineral memang tidak murah, tapi jika anda membeli di tempat yang kurang tepat, harganya pastilah diketok. Jika anda membeli air mineral di 7-11, apalagi di kawasan macam Orchard, jangan heran ketika harganya bisa mencapai 1-2S$ per botol. Saran saya? Carilah Cold Storage di Ngee Ann City. Harga di supermarket lebih bersahabat dengan dompet anda. Di Singapore, Fair Price dan Cold Storage bisa dibilang cukup mendominasi. Carrefour dan Giant memang ada, tapi cabangnya tak seberapa banyak. Atau jika anda tak menemukan supermarket, carilah Watson atau Guardian. Harga air mineral yang mereka jual pun cukup bersahabat. Meski Singapore masih memiliki "warung" (katakanlah demikian), sejauh ini, saya tak pernah menemukan "warung" di kawasan "atas".

Fair enough? Let's continue. Beralih ke masalah berikutnya: makan! Jika memang anda sanggup makan di kawasan "atas", anda boleh berhenti disini, karena informasi berikutnya adalah cara menemukan tempat makan dengan harga non-"atas". Kecuali jika anda kepo tentunya.

Kita mulai dari mendeteksi spot dengan stiker halal. Untuk tempat jajan yang cukup populer, seperti Old Chang Kee, anda akan melihat stiker halal di setiap outletnya. Sejauh ini, saya belum menemukan Old Chang Kee dengan menu bakso babi. Atau untuk tempat makan seperti nasi sayur, anda bisa mencari nasi padang yang biasanya selalu ditemani stiker halal. Sekilas info, nasi padang disini tak seperti nasi padang yang pada umumnya anda bisa temui di belantara Jakarta, terkecuali Vivo City yang memang memiliki outlet Garuda (dan harganya itu... mahal!) Dan untuk tempat-tempat yang tidak ditemani stiker halal, mungkin anda akan menemukan stiker yang beda versi: "No Pork No Lard". Challenge accepted? Ya, terserah anda sih.

Deteksi selanjutnya adalah harga. Kadar kepuasan memang relatif. Jika anda ingin menemukan kepuasan makan di tempat yang tak ber-AC, carilah hawker centre. Spot makanan murah non-halal paling mudah ditemui di area tengah adalah kawasan Bedok, Tanjong Pagar, People's Park atau Maxwell Road. Sementara spot makanan murah dan halal di area tengah bisa anda temui di sekitar Masjid Sultan (kawasan Bugis), Bedok, atau Tanjong Pagar. Pengecualian adalah ketika anda menginap di kawasan sekitar HDB (mungkin lebih enak kalau disebut rusun) yang usianya cukup lama. Tergantung menu, namun anda bisa mendapatkan porsi yang cukup memuaskan dengan harga pembukaan 2S$. Namun jika anda tak kuatir soal harga, silahkan jelajahi Clark Quay atau Holland Village. Untuk blog yang memang penuh dengan informasi makanan, inilah dua situs yang cukup saya gandrungi: http://ieatishootipost.sg/ dan http://www.ladyironchef.com/

Ah, satu hal yang perlu saya tekankan disini. Lidah anda bisa jadi butuh bumbu lebih kuat. Kuliner di Singapore memang tak "segahar" kuliner Indonesia. Karenanya, selamat bertahan.

(Image is taken from here)

No comments: